Thursday, May 15, 2014

Sisa-sisa Kepercayaan

Hai.

Kemarin seseorang berkomentar tentang apa yang saya tulis di post sebelumnya. Saya mendengarkannya dengan seksama. Saya suka dibilang sebagai pendengar setia. Lalu ia bilang "Bosan ya?"
Saya tidak bosan mendengar kata-kata yang bisa dibilang seharusnya menjadi motivasi saya untuk segera melupakan tentang apa yang seharusnya terjadi.
Tapi saya sangat mengerti bahwa saya akan bergerak semampu saya untuk kembali pada arah yang semestinya semesta akan mendukung saya. Saya sedang menuju arah itu. 
Percayalah.
Saya hilang percaya diri pada kejadian kemarin.
Dan sekarang,

Saya masih mengumpulkan sisa-sisa kepercayaan.

Semoga cepat berlalu.
Semoga cepat merekat tentang kepercayaan.
 
 

Wednesday, May 14, 2014

Lost

Hai.

Seharusnya saya berada di kampus saat ini. Tapi kenyataannya tidak. Saya masih duduk di depan laptop di kamar saya. Akhir-akhir ini saya terlalu mudah menangis. Puncak tangis saya pecah kemarin sore, di depan orang yang tak seharusnya saya menitikan air mata begitu hebatnya. Entah saya tidak tau apa yang terjadi pada diri saya. Mungkin begitu lemah sehingga saya tidak bisa mengkontrol lagi perihal air mata. 

Sejujurnya, saya tidak pernah sama sekali menitikan air mata di depan orang yang notabene-nya tak pernah tau tentang saya sepenuhnya dan saya tak pernah tau tentang dia yang sesungguhnya. Tapi kali ini saya sudah tak tahan untuk tidak menangis. Semacam tamparan bagi saya tentang apa yang telah saya lakukan selama hampir 18 bulan ke belakang. Kalau saja saya bisa mengungkapkannya dengan jelas, saya ingin marah, saya ingin cerita dan pada ujungnya saya cuma bisa bilang saya kesal dan saya sedang tidak pada mood yang baik. Saya juga ga tau saya kesal sama siapa atau dengan apa. Saya berada pada titik buntu. Tidak bisa maju, tidak bisa mundur, tidak bisa ke kiri, tidak bisa ke kanan. Analoginya ketika saya berada pada suatu jalan panjang, saya bertemu rintangan besar seperti dinding, saya tak bisa kembali, saya harus melewati dinding tersebut berdasarkan apa saja yang telah saya lalui. Namun, saya masih saja berdiri di depan dinding tersebut, tidak bisa menyalahkan siapapun tentang mengapa harus ada dinding tersebut.

Saya sedang berada pada persimpangan. Seperti hilang arah. Semangat dan bersabar adalah dua kata yang paling sering beriringan denganku setiap harinya. Menuju dewasa mungkin kata itu lah yang harus selalu saya ingat. Tapi situasi saat ini, rasanya kedua kata itu tak cukup membuat saya untuk berpikir bagaimana seharusnya.

Entahlah.
Entahlah.
Saya benar-benar tak paham.
Saya benar-benar rapuh. Tapi saya benar-benar tau bahwa saya tak boleh begitu.

Semoga saya cepat pulih. 
Semoga ada yang paham tak sekedar semangat dan sabar.
Semoga.

Saturday, May 3, 2014

Sudah 22 tahun

Alhamdulillah sudah 22 tahun.
Alhamdulillah sudah sampai di usia yang ga lagi boleh menye-menye.
Alhamdulillah sama semuanyaaa yang udah didapetin sampe saat ini.

Yeay, 22 tahun coy!
Tepat di ulang tahun kemarin, berbeda dari ulang tahun sebelum2nya, gue bersama sahabat-sahabat tergaul masa kini dan juga seorang pria berkunjung ke RSCM. gue sudah merencanakan ini sekitar sebulan sebelumnya. entahlah, gue hanya ingin membagi kebahagiaan dengan mereka walaupun di rumah sakit. singkat cerita, hari itu adalah salah satu hari yang paling membahagiakan. bisa berbagi bahagia dan juga mendapat bahagia.